Selasa, 26 Maret 2019

LINGKUNGAN BISNIS | Perusahaan Bangkrut di Indonesia

Berikut Beberapa Perusahaan yang Mengalami Kebangkrutan di Indonesia

·                 Ford Motor Indonesia.
Pada awal 2016 secara resmi perusahaan automotif asal Amerika Serikat (AS) Ford Motor Indonesia mengumumkan akan menutup bisnisnya di Indonesia tepatnya pada paruh kedua 2016. Ford Motor Indonesia saat ini memasarkan produk, antara lain city car Fiesta, Focus, compact SUV EcoSport, pick up double cabin Ranger, dan SUV Everest.

Kodak
Jika Anda lahir di tahun 90an, maka merk kamera ternama yang satu ini pasti akan diingat oleh Anda. Ya, inilah kodak yang juga tersebar di seluruh kawasan Indonesia bahkan juga dunia.
Khusus di Indonesia, sisa-sisa dari kodak bisa ditemukan dalam studio foto jadul ataupun kios yang menawarkan jasa untuk cetak foto dan seringkali nama Kodak terpampang jelas di depan toko mereka.
Kodak disebut gagal karena tidak mampu memulai sebuah era perubahan apalagi perkembangan teknologi sudah semakin maju.
Perusahaan ini dibangun pada tahun 1888 oleh pria bernama George Eastman dan sangat terkenal sejak tahun 1980an hingga 90-an.
Namun tanda-tanda runtuhnya dominasi kodak mulai terlihat kala pihak manajemen kodak telah mengumumkan adanya penurunan laba sebanyak 73 persen di tahun 1983 pada triwulan pertama.
Penyebab gagalnya Kodak bersaing adalah karena sudah semakin banyak bermunculan produk-produk kamera digital sehingga membuat kodak perlahan ditinggalkan meskipun di tahun 1975, Kodak ingin membuat teknologi kamera digital namun tak terealisasi karena takut membunuh bisnis roll film jika munculnya produk digital.
Dan di tahun 2009 silam, kodak pun resmi mengumumkan penghentian dari proses produksi roll film yang telah dibuatnya selama 74 tahun.

General Motors Indonesia (GMI)
Pabrik milik General Motor Indonesia (GMI) yang memproduksi mobil Chevrolet Spin di Bekasi menghentikan operasinya dan resmi ditutup pada Juni 2015 akibat selalu mengalami kerugian dan tidak mampu bersaing dengan produk lain sejenis. GM Indonesia mengalami kerugian USD4 juta setiap bulannya sejak mulai beroperasi pada 2013, sehingga total kerugian yang dialami GMI hingga 2015 mencapai USD200 juta.

Bouraq
Kondisi keuangan perusahaan pasca-krisis 1998 membuat kinerja perusahaan semakin berat. Dimulai dari pendiri Bouraq, Jerry Sumendap, meninggal pada pertengahan 1995, membuat maskapai ini dipiloti oleh generasi kedua. Perekonomian Indonesia memasuki krisis moneter 1998, dan Bouraq berupaya terus bertahan dengan berbagai strategi. Meski demikian, toh maskapai ini akhirnya menyerah pada 25 Juli 2005 dan dinyatakan pailit.

Sempati Air
Maskapai ini adalah salah satu maskapai penerbangan nasional, yang sangat ekspansif saat Orde Baru. Namun, ekspansi bisnis berbanding lurus dengan utang yang ditumpuk. Hingga pada saat krisis 1998, utang Sempati menggunung hingga mencapai Rp1,1 triliun kepada 470 perusahaan dan akhirnya dinyatakan bangkrut.

Batavia Air
Salah satu perusahaan maskapai besar di Indonesia, Batavia Air mengumumkan resmi ditutup pada 2003 akibat pailit. Penyebab bangkrutnya maskapai ini adalah tidak bisa membayar utang karena force majeur.
Batavia Air memiliki utang hampir mencapai Rp2,5 triliun. Salah satu penyebab utang yang besar tersebut disebabkan Batavia Air menyewa pesawat Airbus dari International

Cipika
Kamu tahu toko online yang satu ini? Cipika yang berada di bawah Indosat Ooredoo harus gulung tikar pada 1 Juni 2017.
Cipika sendiri berdiri pada 2014 dan menawarkan berbagai jenis produk. Sebut aja seperti barang elektronik hingga makanan. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, beberapa kategori produk itu malah dihilangkan.
Pada saat e-commerce ini ditutup, Indosat sendiri mengaku bahwa mereka belum menemukan model bisnis yang menjanjikan. Daripada nantinya proyek ini ibarat bakar duit tanpa ujung yang jelas, mending ditutup jauh-jauh hari bukan?
Alexander Rusli yang dulu menjabat sebagai CEO Indosat Ooredoo juga gak memungkiri adanya persaingan ketat di dunia e-commerce. Dan emang benar sih, hampir semua e-commerce di Indonesia punya model bisnis yang sama, gitu pula dengan promonya.
Selain itu, Alex juga menilai bahwa Cipika gak menguntungkan dan berpotensi merusak valuasi Indosat di kemudian hari.

Nyonya Meneer terlilit utang Rp 267 miliar
Salah satu perusahaan jamu terbesar di Indonesia yaitu PT Nyonya Meneer menutup pabriknya di Semarang. Nyonya Meneer bangkrut lantaran tak mampu membayar utang sebesar Rp 267 miliar kepada sejumlah kreditur.
Selain terlilit utang, PT Nyonya Meneer sebelumnya juga pernah mengalami krisis operasional cukup panjang. Dari tahun 1984 hingga 2000, internal perusahaan terus digoyang oleh sengketa perebutan kekuasaan antarkeluarga.
7-Eleven (Sevel), besar biaya operasional
PT Modern Internasional Tbk (MDRN) melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia memutuskan untuk menutup kegiatan usahanya gerai 7-Eleven (Sevel) per 30 Juni 2017. 7-Eleven tutup setelah menjadi salah satu tempat nongkrong favorit anak muda Jakarta. Tutupnya 7-Eleven sendiri ditengarai karena beberapa sebab. Salah satunya besarnya biaya operasi.
"Mungkin ini biaya operasional biaya sewa dan biaya infrastruktur dan sarana soalnya kan biayanya sebagian besar utang kalau dari sisi bisnisnya sih bagus mereknya cukup kuat," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat.






LINGKUNGAN BISNIS | Perusahaan Bangkrut di Indonesia Rating: 4.5 Diposkan Oleh: arya

0 komentar:

Posting Komentar

All About Visitors

Popular Posts